Menurut Prof. Drs. H. Asep Muhyidin dan Agus
Ahmad Syafe’I (2002:28), Dengan
merujuk kepada surat al-Nahl ayat 125 sebagaimana disebutkan dalam ayat itu,
yaitu :”serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang yang
mendapat petunjuk”, dapat dirumuskan unsur-unsur dakwah yaitu:
1.
Da’i
Da’i adalah setiap orang yang hendak
menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah (Asmuni
Syukir, 1983:34). Setiap
orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendaknya memilih kepribadian yang
baik sebagai seorang da’i, menurut Prof. DR. Hamka “ jayanya atau suksesnya
suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi atau pembawa dakwah itu
sendiri, yang sekarang lebih populer disebut da’i”. kepribadian disini meliputi
kepribadian yang bersifat jasmanai dan rohani meliputi:
1.1 Sifat-sifat
Seorang Da’i
·
Iman dan
taqwa kepada Alloh
Syarat kepribadian seorang da’i yang
terpenting adalah iman dan taqwa kepada Allah. Oleh karena itu didalam membawa
misi dakwah diharuskan terlebih dahulu diri-sendiri dapat memerangi hawa
nafsunya, sehingga diri pribadi ini lebih taat kepada allah dan Rasulnya
dibandingkan dengan sasaran dakwahnya.
·
Tulus
ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah
belaka, salah satu syarat mutlak ang harus dimiliki seorang da’i. Sebab dakwah
adalah pekerjaan yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan hablullah,yakni
amal perbuatan yang berhubungan dengan Allah( Asmuni
Syukir:1983:34).
Sifat ini sangat menentukan keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati ketika
memberikan ceramah dengan adanya ketidak ikhlasan dalam memberikan ceramah.
·
Ramah
dan penuh pengertian
Propaganda yang dapat diterima orang lain, apabila yang
mempropagandakan berlaku ramah, sopan dan rigan tangan untuk melayani
sasarannya, karena keramahan, kesopanan dan keringan-tanganannya insya-Allah
akan berhasil dakwahnya.
·
Tawadlu’
(rendah diri)
Rendah diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina
dibandingkan dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi seorang da’i
yang sopan, tidak sombong dan tidak suka menghina dan mencela orang lain.
·
Sederhana
dan jujur
Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan
sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana
disini tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sedangkan kejujuran
adalah orang yang percaya akan ajakannya dan dapat mengikuti ajakan dirinya.
·
Tidak
memiliki sifat egoism
Ego adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam pergaulan
merasa dirinya terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat inilah yang harus
dijauhi betul-betul oleh seorang da’i .
·
Sifat
semangat
Semangat berjuang harus dimiliki oleh da’i,
sebab dengan sifat ini orang akan trerhindar dari rasa putus asa, kecewa, dan
sebagainya.
·
Sabar
dan tawakal
Dalam melaksanakan dakwah mengalami
beberapa hambatan dan cobaan hendaklah sabar dan tawakal kepada Allah.
·
Memiliki
jiwa toleran
Dimana tempat
da’I dapat mengadaptasikan dirinya dalam artian posisi.
·
Sifat
terbuka
Apabila ada kritik dan sara hendaknya diterima dengan
gembira, mengalami kesulitan yang sanggup memusyawarahkan dan tidak berpegang
tangan kepada idenya sendiri.
·
Tidak
memiliki penyakit hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri haruslah disingkirkan dalam
hati sanubari yang hendak berdakwah.
1.2 Sikap
Seorang Da’i
·
Berakhlak Mulia
Berbudi pekerti
yang baik (akhlaqul karimah) sangat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i
. Bahkan prof. DR. hamka pernah mengatakan bahwa “alat dakwah yang sangat utama
ialah akhlak”.
·
Hing
ngarsa asung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuri handayani.
Pendapat Ki
Hajar Dewantoro: Bapak Pendidikan Indonesia itu harus pula dimiliki seorang
da’i. Hing ngarsa asung tuladha; artinya seorang da’i yang merupakan orang
terkemuka di tengah-tengah masyarakat haruslah dapat menjadi tauladan yang baik
bagi masyarakat. Hing madya mangun karsa; artinya bila di tengah-tengah massa,
hendaknya dapat memberikan semangat, agar mereka senantiasa mengerjakan,
mengikuti segala ajakannya. Selanjutnya tutwuri handayani; artinya bila
bertempat di belakang, mengikutinya, dengan memberi bimbingan-bimbingan agar
lebih meningkatkan amalannya.
·
Disiplin
dan bijakasana
Disiplin dalam
artian luas sangat diperlukan oleh seorang da’i dalam mengemban tugasnya
sebagai muballigh. Begitupun bijaksana dalam menjalankan tugasnya sangat
berperan di dalam mencapai keberhasilan dakwah.
·
Wira’i
dan berwibawa
Sikap yang
wira’i menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal
shaleh, salah satu hal yang dapat menimbulkan kewibawaan seorang da’i. sebab
kewibawaan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang akan percaya menerima
ajakannya.
·
Tanggung
jawab
Tanggung jawab merupakan hal penting yang
harus dimiliki seorang da’i, tanggung jawab disini maksudnya pesan yang
disampaikan da’i tersbut dapat di uji kebenarannya.
·
Berpandangan
luas
Seorang da’i dalam
menentukan starategi dakwahnya sangat memerlukan pandangan yang jauh, tidak
fanatik terhadap satu golongan saja dan waspada dalam menjalankan tugasnya.
1.3 Berpengetahuan
Yang Cukup
Beberapa pengetahuan,
kecakapan, keterampilan tentang dakwah sangat menentukan corak strategi dakwah.
Seorang da’I dalam kepribadiannya harus pula dilengkapi dengan ilmu
pengetahuan, agar pekerjaannya mencapai hasil yang efektif dan efisien.
2.
Pesan
Pesan dakwah ini dalam al-Qur’an
diungkapkan beraneka ragam yang menunjukan fungsi kandungan ajaran-Nya, melalui
penyampaian pesan-pesan Islam, manusia akan dibebaskan dari segala macam bentuk
kehkufuran dan kemusrikan. Inti agama Islam yang telah disepakati oleh para
ulama, sarjana, dan pemeluknya sendiri adalah tauhid.(Ismail
Raji Al-Faruqi, 1995:16)
Sehingga sering dikatakan bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Dan yang
membedakan Islam dengan agama lainnya adalah monoteisme atau tauhid yang murni,
yang tidak dapat dicampuri segala bentuk syirik.(Agus Ahmad
Syafe’I, 2003:166)
Dan inilah yang melebihkan agama Islam diatas agama lain.
Sumber utama ajaran Islam sebagai
pesan dakwah adalah al-Qur’an itu sendiri, yang memiliki maksud spesifik.
Paling tidak terdapat sepuluh maksud pesan al-Qur’an sebagai sumber utama Islam
adalah :
2.1
Menjelaskan
hakikat tiga rukun Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, yang telah didakwahkan
oleh Rosul.
2.2
Menyempurnakan
aspek psikologis manusia secara individu, kelompok dan masyarakat.
2.3
Menjelaskan
sesuatu yang belum diketahui manusia tentang hakikat kenabian, risalah, dan
tugas para rosul.
2.4
Mereformasi
kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politik diatas dasar kesatuan nilai
kedamaian dan keselamatan dalam agama.
2.5
Mengukuhkan
keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam pembentukan kepribadian melalui
kewajiban dan larangan.
2.6
Menjelaskan
hukum Islam tentang kehidupan politik Negara.
2.7
Membimbing
penggunaan urusan harta.
2.8
Mereformasi
sistem peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan
mencegah dehumanisasi.
2.9
Menjamin
dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam
beragama dan berbudaya.
2.10 Membebaskan perbudakan.
3.
Uslub/Metode
Secara etimologi, istilah metode
berasal dari bahasa yunani, yakni dari kata “metodos” yang berarti cara atau
jalan. Sedangkan pengertian menurut terminologi adalah suatu cara atau jalan
yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan
efisien. Dengan demikian metode dakwah dapat diartikan sebagai suatu cara atau
jalan yang ditempuh/ diterapkan oleh seorang da’i dalam menjalankan
aktivitas dakwahnya agar tercapai apa yang menjadi tujuan dakwahnya dengan
efektif dan efisien.
Ada beberapa metode dakwah yang dipakai
secara umum oleh para da’i, diantaranya :
3.1
Metode
Ceramah (Rhetorika Dakwah)
Ceramah adalah
suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik
bicara oleh seseorang da’i atau mubaligh pada suatu aktivitas dakwah, ceramah
dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, khutbah, sambutan,
mengajar dan sebagainya.
Metode
ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang digunakan
oleh para da’i atau pun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan
risalahnya.
3.2
Metode
Tanya Jawab
Metode tanya
jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (obyek
dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan
mubaligh atau da’i sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk melayani
masyarakat sesuai kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin
mengerti dan dapat mengamalkannya.
Metode
tanya jawab ini bukan saja cocok pada ruang tanya-jawab, baik di radio maupun
media surat kabar dan majalah, akan tetapi cocok pula untuk mengimbangi dan
memberi selingan ceramah. Metode ini sering dilakukan Rasulullah S.A.W dengan
Jibril AS, demikian juga dengan para sahabat di saat tak dimengerti tentang
sesuatu dalam agama (sahabat bertanya kepada Rasulullah).
3.3
Debat
(Mujadalah)
Mujadalah selain
sebagai dasanama (sinonim) dari istilah dakwah, dapat juga sebagai salah satu
metode dakwah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125.
berdasarkan firman Allah, berdebat patut dijadikan sebagai metode dakwah. Namun
perlu diketahui bahwa debat yang dimaksud di sini adalah debat yang baik, adu
argument dan tidak tegang sampai pada pertengkaran.
Debat
sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukkan
kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat adalah mempertahankan
pendapat dan ideologinya agar pendapat dan idiologinya itu diakui kebenarannya
dan kehebatannya oleh musuh (orang lain). Berdebat efektif dilakukan sebagai
metode dakwah hanya pada orang-orang (objek dakwah) yang membantah akan
kebenaran Islam.
3.4
Percakapan
Antar Pribadi
Percakapan
pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seseorang
da’i atau mubaligh dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya.
Percakapan pribadi bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam
percakapan atau mengobrol untuk aktivitas dakwah.
3.5
Metode
Demonstrasi
Berdakwah dengan
cara memperlihatkan suatu contoh baik berupa benda, peristiwa, perbuatannya dan
sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang da’i yang bersangkutan menggunakan
metode demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah di mana seorang da’i
memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya dalam
rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.
3.6
Metode
Dakwah Rasulullah
Muhammad
saw. seorang da’i internasional, pembawa agama Islam dari Allah untuk
seluruh alam. Beliau di dalam membawa misi agamanya menggunakan berbagai metode
antara lain :
·
Dakwah
dibawah tanah
·
Dakwah
secara terang-terangan
·
Surat
menyurat
·
Politik
pemerintah
·
Peperangan
3.7
Pendidikan
dan Pengajaran Agama
Pendidikan
dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode dakwah. Sebab dalam definisi
dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan dengan dengan dua sifat,
yakni bersifat pembinaan dan pengembangan.
Hakikat
pendidikan agama adalah penanaman moral keagamaan kepada objeknya, sedangkan
pengajaran agama adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepada orang
yang menjadi objeknya.
3.8
Mengunjungi
Rumah (Silaturahmi/Home Visit)
Metode dakwah
semacam ini dirasa efektif juga untuk dilaksanakan dalam rangka mengembangkan
maupun membina umat Islam sehingga banyak para da’i yang menggunakan metode seperti ini.
4.
Media
Jika metode merupakan mesin dan
pengemudi dari sebuah kendaraan dalam perjalanan dakwah menuju suatu tujuan
yang ditetapkan, maka media merupakan kendaraan itu sendiri, tanpa instrument
yang dimiliki oleh da’i, perjalanan dakwah tidak akan berjalan.
Instrumen yang berfungsi sebagai
media itu, dalam diri da’i adalah seluruh dirinya sendiri. Sedangkan yang
diluar diri da’i adalah media cetak, elektronik , dan benda lainnya.
Baik metode maupun media memiliki
pengaruh tersendiri bagi da’I dan media yang akan menentukan kelancaran dan
kesuksesan proses dakwah itu sendiri. Contoh dakwah di media televisi dan surat
kabar adalah :
4.1 Iklan melalui media televisi
Iklan adalah
khotbahnya televisi. Namun, iklan bukan memasarkan suatu produk. Iklan juga
memasarkan nilai, sikap, perasaan, dan gaya hidup. Secara sangat dahsyat iklan
sanggup mengubah watak dan tabiat masyarakat menjadi konsumen kelas berat.
Sudah tentu, sebagai media penyampaian informasi, televisi bersifat netral
belaka, tidak baik dan tidak buruk.
4.2 Melalui surat kabar
Kembali kepada juru dakwah yang mau
memanfaatkan yang bernama media pers ini untuk kepentingan dakwah, misalnya,
artikel dan opini, ini merupakan dakwah melalui media surat kabar diantaranya.
5.
Mad’u
Salah satu unsur dakwah yang satu lagi
adalah mad’u, hubungan antara da’i dan mad’u terjadi secara alamiah,
terbentuknya karena bertemunya kedua unsur yang saling membutuhkan dan saling
mendukung, tapi bisa juga dari hasil buah kerja dakwah yang efektif.
Hubungan yang baik antara da’i dan
mad’u bisa menimbulkan mad’u secara penuh mengerti akan pesan yang disampaikan
oleh da’i, ini menunjukan terjalinya suatu hubungan yang baik. Faktor yang
menentukannya diantaranya:
5.1 Faktor percaya
Jika masyarakat
percaya terhadap da’i dan memandangnya dengan penuh hormat, dipihak lain da’I
pun percaya bahwa masyarakat berpikir konstruktif. Jika tidak seperti ini, maka
akan menimbulkan kesalahnpahaman.
5.2 Sikap saling membantu
Jika
masyarakat dibantu akan kedatangan
da’i, dan da’i pun merasa dibantu oleh mad’u dalam berekpresi diri dan beramal
shaleh mengembangkan karir, maka terjalin hubungan baik mudah terjadi.
5.3 Sikap terbuka
Seorang
mad’u harus mempunyai sikap terbuka, agar pesan
yang disampaikan da’i dapat dicerna atau diterima dengan baik karena adanya
perasaan terbuka dan tidak ada perasaan tertutup sedikit pun agar terjalin efek
komunikasi yang baik diantara mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar