Senin, 06 Januari 2014

AJARAN DAN AMALIYAH Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya



AJARAN DAN AMALIYAH
Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah
Pondok Pesantren Suryalaya

                Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya berpegang kepada tiga prinsip dasar ajaran agama Islam, yaitu :
I.Rukun Islam
                1.Mengucapkan dua kalimah syahadat
                2.Mendirikan sholat yang lima waktu
                3.Mengeluarkan zakat
                4.Melaksanakan shoum di bulan Romadlon
                5.Menunaikan ibadah haji bagi yang mampu

II.Rukun Iman
                1.Iman kepada Allôh
                2.Iman kepada malaikat-Nya
                3.Iman kepada kitab-kitab-Nya
                4.Iman kepada semua Rosul-Nya
                5.Iman kepada hari akhir
                6.Iman kepada ketentuan Allôh

III.Rukun Ihsan
                “Hendaklah kamu beribadah kepada Allôh seakan-akan kamu melihat-Nya. Apabila kamu tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Allôh senantiasa memperhatikan dirimu.”

                Ketiga pokok ajaran Islam ini mengacu kepada sabda Rosûlullôh saw yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin Khothob ra di dalam hadits Bukhori dan Muslim :


URAIAN SINGKAT TENTANG RUKUN ISLAM

1.Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat

                Syahadat tidak cukup hanya diucapkan saja tetapi ada upaya untuk memadukan antara ucapan dan ingatan agar sesuai antara mulut dan apa yang ada di hati. Apabila tidak ada antara kesesuaian antara ucapan dengan apa yang ada di dalam hati maka termasuk kategori orang-orang munafiq.
Allôh swt menolak pernyataan orang-orang munafiq dengan firman-Nya:

wa minan nâsi may yaqûlu âmannâ billâhi wa bilyaumil âkhiri wa mâ hum bi mu`minîna
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allôh dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Q.S. al-Baqoroh : 8)

Rosûlullôh saw menegaskan :

“Mayoritas munafiq umatku adalah orang-orang ahli membaca saja sedangkan hatinya tidak ada iman, seperti kulit bawang.”

Begitu juga pernyataan orang-orang Arab yang dibantah oleh Allôh swt:
Qôlatil a’rôbu âmannâ, qul lam tu`minû walâkin qûlû aslamnâ wa lammâ yadkhulil îmânu fî qulûbikum
“Telah berkata orang-orang arab itu, ‘Kami telah beriman’. Katakanlah Muhammad! ‘Kalian belum beriman, katakanlah, kami telah berislam karena iman belum masuk ke dalam hati kamu sekalian.” (Q.S. al-Hujurot : 14)

Para ‘ulama ahli ushul fiqih menyatakan :
“Apabila bertentangan antara hati dan lisan, maka yang dijadikan ukuran apa yang ada di hati.”
Nabi saw menekankan bobot semua kegiatan dalam agama Islam itu dalam hati, ukurannya hati, ketentuannya di dalam hati.
Inna fil jasadi mudl-ghotan, idzâ sholuhat sholuhal jasadu kulluhu wa idzâ fasadat fasadal jasadu kulluhu alâ wa hiyal qolbu
“Bahwasanya di dalam tubuh anak Adam itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Perhatikan itu adalah hati.”

Di dalam Sirrul Asrôr Syaikh ‘Abdul Qôdir al-Jailâni bersabda:

“Sesungguhnya hati itu adalah asal, selain itu, pengikutnya.”

Itulah pentingnya keseimbangan antara ucapan dua kalimah syahadat dengan iman yang tertanam di dalam hati. Bilamana telah ada keselarasan antara lisan dengan hati maka syahadatnya mabruroh. Bila syahadatnya mabruroh, maka pasti sholatnyapun mabruroh. Karena tidak sah sholat tanpa syahadat.

2.Sholat

                Ibadah sholat sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dan dicontohkan oleh Rosûlullôh saw. Beliau bersabda :

Ittaqillâha fish sholâti, ittaqillâha fish sholâti, ittaqillâha fish sholâti
“Bertaqwalah kamu sekalian di dalam sholat! Bertaqwalah kamu sekalian di dalam sholat! Bertaqwalah kamu sekalian di dalam sholat!” (H.R. Baihaqi dari Abi Huroiroh)
Sampai tiga kali beliau mengulangi perintahnya agar bertaqwa di dalam sholat. Bukannya dengan melaksanakan sholat itupun telah melaksanakan taqwa? Pernahkah saudara-saudara mendengar definisi taqwa?

“Turut segala perintah Allôh dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya.”
Di antara perintah-Nya adalah sholat. Jadi apabila orang melaksanakan sholat berarti ia melaksanakan taqwa.

                Nabi saw memerintahkan langsung kepada para sahabat untuk bertaqwa di dalam sholat. Mengapa demikian? Karena masih banyak orang yang sholat, sebenarnya mendustakan agama karena lalai dalam sholatnya (tidak khusyu’). Hatinya tidak tertuju kepada Allôh tetapi memikirkan zat selain-Nya. Itu sebabnya Allôh memberi peringatan keras dalam Qur`an surat al-Ma’ûn bagi mereka yang termasuk mushollîn dan bukan kelompok muqimush sholat.

Fa wailul lil mushollînal ladzîna hum ‘an sholâtihim sâhûn
“Celakalah orang-orang yang sedang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Q.S. al-Ma’ûn : 4-5)
Yaitu yang meninggalkan sholat dalam sholat. Artinya sholat mereka hanya badannya sedangkan hatinya tidak mengingat Allôh tetapi mengingat yang lain.

                Mendirikan sholat bukan hanya melakukan sholat (mushollîn). Adapun ciri-ciri orang yang mendirikan sholat (muqîmush sholât) akan dirasakan oleh orang yang sedang sholat itu sendiri, yaitu sebagaimana firman Allôh swt:

Wa `aqimish sholâta lidzikrî
“Dan dirikanlah sholat itu semata-mata hanya untuk mengingat Aku (Allôh).” (Q.S. Thoha : 14)
                Allôh swt menyatakan bahwa sholat akan terasa berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

Wasta ‘înû bish shobri wash sholâti wa innahâ lakabîrotun illâ ‘alal khôsyi ‘în
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allôh) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat, dan sesungguhnya sholat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Q.S. al-Baqoroh : 45)

Siapakah orang-orang khusyu’ itu?

Khôsyi ‘îna lillâhi
“Mereka adalah orang-orang yang semata-mata kepada Allôh.” (Q.S. Ali ‘Imron : 199)

Apanya yang khusyu itu? Anggota badan lahirnya atau hatinya, atau keduanya?
Yang benar adalah keduanya. Jasmani/ lahirnya harus khusyu’ sesuai contoh dari Rosûlullôh saw sebagai uswah hasanah, terutama hatinya yang menjadi tolak ukur baik buruknya seseorang sebagaimana sabdanya:

“Bilamana khusyu’ hati orang ini maka terbawa khusyu seluruh anggota badannya.” (H.R. al-Hakim dari Abi Huroiroh)

Allôh swt mengajukan pertanyaan bagi orang-orang beriman yang dijawabnya bukan oleh mulut tetapi oleh hati/ perasaan. Inilah pertanyaan Allôh swt tersebut :

Alam ya`ni lilladzîna âmanû an takhsya’a qulûbuhum lidzikrillâhi
“Belumlah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk (khusyu’ hatinya dengan mengingat (dzikir) hanya kepada Allôh?” (Q.S. Al-Hadiid : 16)

                Jawaban agar hati kita selalu tertuju dan tunduk pada-Nya hanya satu jalan, yaitu dengan banyak mengingat-Nya (dzikrullôh). Oleh karena itu Nabi saw memerintahkan kepada sayyidina ‘Ali kw agar selalu mengingat Allôh baik secara jahar (terang-terangan) maupun secara khofi (secara tertutup), tersurat dan yang tersirat, yang ditanamkan melalui Syaikh Mursyid, Abah Anom.
Dan di antara sunnah beliau adalah sholat awal waktu.

إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Innash sholâta kânat ‘alal mu`minîna kitâbam mauqûtâ
“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Q.S. an-Nisâ` : 103)
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Fa kholafa mim ba’dihim kholfun adlô ’ush sholâta wat taba’usy syahawâti fa saufa yalqouna ghoyyâ
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلّيْنَ  الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُونَ
Fa wailul lilmushollînal ladzîna hum ‘an sholâtihim sâhûn
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya.” (Q.S. al-Mâ’ûn : 4-5)
Ibnu Abbas menjelaskan wail itu adalah satu jurang yang ada dalam neraka jahanam. Tempat ini untuk orang yang suka mengakhirkan sholat fardlu.
Sabda Rosûlullôh saw, “Muslim yang meninggalkan sholat sama dengan musyrik sedangkan yang mengingkari sama dengan kafir.”
Sabdanya yang lain, “Orang yang menyepelekan sholat diberi 15 siksaan (6 di dunia; 3 ketika maut; 3 di kubur; 3 saat dibangkitkan).”

1.  Siksaan ketika di dunia :
Dihilangkan barokah umurnya
Hilang ciri-ciri kesholehan dari mukanya
Semua amal baiknya tidak mendapatkan pahala
Do’anya tidak diangkat ke langit
Tidak dapat bagian do’a orang sholeh

II. Siksaan ketika Maut
Matinya hina
Mati dalam keadaan lapar
Matinya sangat haus (tidak akan segar walau minum air lautan dunia)

III. Siksaan di Kubur
Allôh menyempitkan kuburnya dan menjepitnya sampai tulang rusuknya hancur luluh
Dinyalakan api di kuburnya bolak-balik dan menjadi arang
Didatangkan ular besar yang disebut Suja’ul Aqro. Dua matanya dari api, kuku-kukunya dari besi. Panjang setiap kukunya sama dengan perjalanan satu hari. Ia bicara, “akulah Syujaul Aqro” , suaranya seperti halilintar menyambar. “Aku diperintah Allôh, Tuhanku untuk memukulmu karena menyia-nyiakan sholat shubuh sampai datang waktu zhuhur, karena menyia-nyiakan sholat zhuhur sampai datang waktu ‘ashar dst.” Setiap pukulan, tubuh pendosa itu tertanam sedalam 70 siku. Kemudian dicongkel lagi dengan kukunya dan dipukul lagi terus begitu sampai qiyamat. Kita bermohon, semoga diselamatkan dari siksa kubur.

IV. Siksaan di hari Qiyamat
Dipandang Allôh dengan murka di waktu dihisab amalnya sehingga rontok daging mukanya
Allôh menghisab dengan hisaban berat dan lama sekali sampai ia diputuskan menjadi ahli neraka yang merupakan sejelek-jeleknya tempat.

Rosûlullôh saw bersabda, “Sholat adalah ukuran timbangan dan ujung takaran kamu. Apabila kau memenuhinya dengan baik, selamatlah kamu dan apabila kamu kurangi maka disiksalah kamu.”  Dalam hadits lainnya, Rosûlullôh saw bersabda, “Siapa yang berjama’ah shubuh selama 40 hari dengan tidak ketinggalan satu roka’at pun maka Allôh memberi dua kebebasan, 1. Bebas dari munafiq ; 2. Bebas dari neraka.” (Kitab Qurrotul ‘Uyyun wa Mufarijul Qolbil Mahzun karya Imam Abu Alaist Assamarqondi)

Karena itu Pangersa Abah mendirikan sholat seperti sholatnya Rosûlullôh saw. Hadits, “Sholatlah kamu seperti melihat aku sholat.”. Sabda yang lain,”Amalan yang paling utama adalah sholat awal waktu”. (H.R. at-Turmudzi, al-Hakim, Bukhori Muslim)

Ibnu Mas’ud-pun meriwayatkan demikian. Oleh karena itu kita wajib mengikuti sunnah Abah Anom yang juga sunnah Rosûlullôh saw yakni mengerjakan sholat awal waktu.

3.ZAKAT

                Pengertian secara umum adalah membersihkan harta dengan mengeluarkannya kepada mustahiqnya, baik zakat mal maupun zakat fitroh. Dalam pengertian TQN Pondok Pesantren Suryalaya ditekankan agar selalu membersihkan yang bersifat lahir maupun bathin.

Allôh swt berfirman dalam al-Qur`an :

Wa al-lawistaqômû ‘alath-thorîqoti la-asqoinâhum mâ-an ghodaqô
“Dan bahwasanya jikalau mereka telah menyatakan istiqomah dalam mengamalkan thoriqoh, maka kami akan mencurahkan kepada mereka air (rahmat) yang berlimpah.” (Q.S. al-Jin : 16)
                Jalan menuju kebersihan jiwa adalah sesuatu yang terpenting dalam kehidupan manusia. Hal tersebut hanya dapat dilakukan apabila seseorang telah mendapat talqin dzikir oleh ruh yang dipercaya Allôh untuk menanamkannya. Bagi Rosûlullôh saw melalui malaikat Jibril, para sahabat melalui Nabi saw, para tabi’in melalui para sahabat begitu seterusnya sampai kepada kita melalui Syaikh Mursyid. Beliau adalah qolam Allôh untuk semua muridnya. Ini adalah pernyataan Allôh dalam al-Qur`an :

Alladzî ‘allama bil qolami, ‘allamal insâna mâ lam ya’lam
“Ia adalah yang telah mengajarkan dengan qolam. Mengajarkan kepada manusia apa saja yang mereka belum mengetahuinya.” (Q.S. al-’Alaq : 4-5)

Para ulama ahli tashowuf menyatakan :
“Lisan ahli ma’rifat adalah merupakan qolam Allôh yang dengan qolam itu, Allôh mencatat sesuatu di hati murid-muridnya yang bagaikan papan tulis.”

                Adapun yang dicatat, ditulis dan ditanamkan Allôh di dalam hati orang-orang yang beriman itu, sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur`anul karim :
Ulâ-ika kataba fî qulûbihimul îmâna wa ayyadahum bi rûhim minhu wa yudkhiluhum jannâtin tajrî min tahtihal anhâru khôlidîna fîhâ, rodliyallôhu ‘anhum wa rodlû ‘anhu, ulâ-ika hizbullôhi alâ inna hizballôhi humul muflihûn
“Mereka itulah orang-orang yang telah ditanamkan dalam hatinya keimanan dan kekuatan bathin, dan Allôh memasukkan mereka ke dalam sorga yang selalu mengalir di bawahnya sungai-sungai kebaikan serta mereka kekal di dalamnya. Mereka ridlo atas ketentuan Allôh maka Allôh pun ridho kepada mereka. Mereka adalah bala tentara Allôh. Ingatlah hanya bala tentara Allôh yang selalu beruntung.”

                Dengan ayat ini semakin jelas bahwa iman tidak datang dengan sendirinya ke dalam hati tetapi harus ada yang menanamkan dan menetapkan ke dalam hati agar tetap stabil dan istiqomah. Tujuan ditetapkan di dalam hati agar kekal di dalamnya.

Khôlidîna fîhâ
“Mereka kekal di dalamnya, ketetapan di dunia dan akhirat.”

Sebagaimana firman Allôh swt :

Yutsabbitullôh alladzîna âmanû bil qoulits-tsâbiti fil hayâtid dun-yâ wa fil âkhiroti
“Allôh telah meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan ucapan hati yang teguh, yang tetap di dunia dan di akhirat.” (Q.S. Ibrohim : 24)

                Itulah alat yang berfungsi untuk membersihkan jiwa/ zakat bathin dari berbagai macam penyakit hati yang merusakkan jiwa seperti bohong, sombong, buruk sangka, malas, kikir, resah, gelisah dan lain-lain yang wajib kita bersihkan sesuai dengan perintah Allôh swt :

Wa dzarû zhôhirol itsmi wa bâthinahu
“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi.” (Q.S. al-An'am : 120)
                Untuk mengikis habis dosa-dosa yang bagaikan karat tiada lain hanya dengan dzikrullôh sebagaimana sabda Nabi :

Likulli syai-in shiqôlatan wa shiqôlatul qulûbi dzikrullôhi
“Bahwasanya bagi segala sesuatu itu ada pembersihnya, untuk membersihkan hati adalah dzikrulloh dan tidak ada sesuatu yang paling menyelamatkan dari siksaan Allôh selain dzikrullôh.” (H.R. Baihaqi dari ibni 'Umar)

                Oleh karena membersihkan kotoran jiwa hukumnya wajib maka berusaha mencari jalan bagaimana caranya, hukumnya wajib seperti melawan nafsu amarah, apabila ia datang maka kita wajib menghadapinya, itulah jihad yang paling besar (jihadul akbar).
                Untuk melawan nafsu tersebut, Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani menggunakan kalimah Lâ ilâha illallôh (ismul awwal). Para wali Allôh memilih kalimah tersebut karena ini adalah kalimah thoyyibah. Siapa saja yang mengamalkan akan menjadi baik sebaik kalimah tersebut. Dan dengan sesungguhnya mereka melihat bekasnya yang tidak pernah mereka lihat bekasnya melalui kalimah yang lain. Rosûlullôh saw menyatakan :

Afdlolu mâ qultu anâ wan-nabiyyûna min qoblî lâ ilâha illallôhu
“Yang paling utama apa yang aku ucapkan dan yang paling utama diucapkan oleh nabi-nabi sebelum aku ialah kalimah Lâ ilâha illallôh.” (Miftahush-shudur, juz pertama, hal. 13)

                Jadi kalimah itu tidak hanya pilihan para wali Allôh tetapi Nabi-pun memilih kalimah tersebut yang paling utama sebagaimana sabdanya :

Afdloludz-dzikri lâ ilâha illallôhu
“Kalimah dzikir yang paling utama ialah Lâ ilâha illallôh.” (H.R. Turmudzi, An-Nasaa-i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dari Jabir )

                Dan sesungguhnya siapa saja yang menekuninya tidak akan mendapat kesusahan di dunia dan di akhirat seperti yang ditunjukkan dalam banyak hadits, malah ketika mereka bangkit dari kuburnya sambil mengibas-ngibas tanah dari kepalanya membacakan :

Alhamdu lillâhil ladzî adzhaba ‘annal hazana
"Segala puji bagi Allôh yang telah menghilangkan rasa duka dari kami.” (Q.S. Fathir : 34)

                Itulah sebabnya, jangan aneh kalau di Pondok Pesantren Suryalaya sejak tahun tujuh puluhan menjadi tempat rehabilitasi hati/ mental dan gangguan jiwa lainnya yang oleh medis sudah dianggap tidak ada harapan lagi, ternyata dapat sembuh dengan metode dzikrullôh. Mengapa demikian? Karena Allôh akan bersama siapa saja yang berupaya untuk mendekati-Nya, sebagaimana difirmankan dalam hadits-hadits qudsi :

Idzâ lam taronî falzam ismî lâ yufâriqunî
“Jika kamu tidak melihat-Ku maka tanamkanlah nama-Ku, karena sesungguhnya nama-Ku tidak berpisah dengan-Ku.”

Di dalam al-Qur`an Allôh menjelaskan dengan firman-Nya :

Wa huwa ma-‘akum aina mâ kuntum
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allôh Maha Melihat apa saja yang kamu kerjakan." (Q.S. al-Hadid : 4)

4.SHOUM DI BULAN ROMADHON

Nabi Muhammad saw bersabda :

Rubba shô-imun laisa lahu min shiyâmihi illal jû’i
“Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak ada bagian dari puasanya selain lapar.” (H.R. Ibnu Majah dari Abi Hurairah)

                Dengan adanya hadits ini, Syaikh ‘Abdul Qodir menjelaskan dalam kitabnya Sirrul Asror, halaman 12. Shoum terbagi 3 kelompok, yaitu : Pertama, shoum syari'at/ shoum umum yaitu sebatas menahan lapar dan haus dengan waktu yang telah ditentukan. Kedua, shoum thoriqoh/ langgeng yaitu menahan diri dari hal-hal yang melanggar aturan agama dan negara. Ketiga, shoum hakikat yaitu mempertahankan hati untuk selalu mengingat Allôh (dzikrullôh).
Apabila ketiganya dilaksanakan, inilah yang disebut shoum hakiki yang termasuk rukun Islam.

5.IBADAH HAJI

Perhatikan firman Allôh :

Wa atimmul hajja wal ‘umrota lillâhi
“Dan sempurnakanlah haji dan umroh itu dengan hanya karena Allôh.” (Q.S. al-Baqoroh : 196)

                Sama halnya dengan ibadah-ibadah lainnya, menunaikan ibadah haji pun adalah untuk mengingat Allôh. Allôh swt menerangkan keutamaan sholat, menunaikan ibadah haji dan kaitannya dengan dzikrullôh. Di dalam surat An-Nisa : 103 tentang sholat :

Fa idzâ qodloitumush sholâta fadz kurullôha qiyâmaw wa qu-‘ûdaw wa ‘alâ junûbikum
“Maka apabila kamu sekalian telah menyeleseaikan sholatmu ingatlah Allôh di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.”

Di dalam surat al-Baqoroh ayat 200 tentang ibadah haji :

Fa idzâ qodloitum manâsikakum fadzkurullôh
“Maka apabila kamu sekalian telah menyelesaikan ibadah hajimu berdzikirlah (dengan mengingat Allôh).” (Q.S. al-Baqoroh : 200)

                Dengan dua ayat di atas, kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa mabrur atau tidaknya suatu pekerjaan syari’at seperti syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji terletak dari seberapa jauh kita melakukan amalan hati untuk banyak mengingat nama Allôh.
                Itu sebabnya, Pangersa Abah selalu berpesan kepada setiap ikhwan yang akan menunaikan ibadah haji dengan menyampaikan amanat singkat: “Dzikir saja”.

Beliau berpendapat demikian berdasarkan keterangan dari Rosûlullôh saw :

“Tiada maksud lain, diisyaratkan thowaf di baitullôh serta sa’i antara shofa dan marwah dan lempar jumroh itu hanya untuk dzikir kepada Allôh.” (H.R. Abu Dawud, Al-Hakim, dari 'Aisyah)
                Menurut ahli balaghoh, kalimat innamâ artinya sesungguhnya, kalau diartikan sesungguhnya berarti bukan main-main. Kalau diartikan hanya berarti tiada lain. Jadi hadits itu menyatakan pentingnya dzikir ketika melaksanakan segala kegiatan haji dari mulai thowaf sampai thowaf wada’.
Demikianlah sekelumit tentang amalan rukun Islam yang dilaksanakan oleh para murid TQN Pondok Pesantren Suryalaya.

URAIAN SINGKAT TENTANG RUKUN IMAN

Iman kepada Allôh tidak boleh disamakan dengan yang lainnya. Karena Allôh adalah kholiq sedangkan yang lainnya adalah makhluk. Allôh swt menjelaskan dalam al-Qur`an :

Fâthirus samâwâti wal ardli ja-‘ala lakum min anfusikum azwâjaw wa minal an-‘âmi azwâjay yadz ro`ukum fîhi laisa kamitslihi syai-uw wa huwas samî-‘ul bashîr
“Dia (Allôh) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan. Dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikannya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak satupun yang serupa dengan dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syûro : 11)

                Menurut Pangersa Abah pula, kitapun tidak boleh mencintai Allôh disamakan dengan makhluk lainnya karena kalau demikian berarti kita telah membuat sekutu/ tandingan yang berarti syirik. Nabi saw menegaskan tentang syirik dengan sabdanya :

“Yang paling besar dari segala dosa besar adalah syirik atau menyamakan, menyetarakannya dengan yang lain, membunuh dan menyakiti kedua orang-tua dan saksi bohong.” (H.R. Bukhori dari Anas)

Bagaimana jalan keluarnya agar tidak terjerembab ke dalam syirik? Jawabannya dapat merujuk pada :

Wa minan nâsi may yattakhidzu min dûnil-lâhi andâday yuhibbûnahum kahubbil lâhi wal ladzîna âmanû asyaddu hubbal lillâhi
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allôh mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allôh. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allôh.” (Q.S. Al-Baqoroh : 165)
                Sebagai contoh kita buat perbandingan sebagai berikut. Sehari semalam ada 24 jam. Berapa jam dipergunakan untuk mengabdi kepada Allôh dan berapa jam untuk mengabdi kepada selain Allôh. Kita bisa menilai apakah diri kita termasuk kategori orang-orang yang bersyukur atau kufur ni'mat? Seimbangpun, itu termasuk syirik.
                Berbahagia, ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya melalui talqin dzikir yang ditanamkan oleh Pangersa Abah, kita terbebas dari sifat syirik karena jiwa dan raga kita senantiasa diajak untuk dzikrullôh sebagai perwujudan rasa cinta kita yang mendalam terhadap Allôh swt Pencipta Yang Maha Sempurna.

Rosûlullôh saw bersabda :
“Tanda cinta kepada Allôh ialah cinta dzikir kepada Allôh dan tanda membenci Allôh ialah membenci dzikir kepada Allôh Yang Maha Mulia dan Maha Agung.” (H.R. Al Baihaqi dari Anas)

                Adapun dzikir yang digunakan untuk menyatakan cinta kepada Allôh dan agar selalu dekat pada-Nya ialah yang selalu dilaksanakan oleh ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya yaitu :
1.Dzikir jahar (terangan-terangan). Diamalkan setelah sholat, baik fardhu maupun sunat
2.Dzikir khofi (tersirat dalam hati).  Diamalkan tanpa mengenal waktu dan tempat

Kedua-duanya disebut Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyyah. Apabila dua-duanya telah ditetapkan pada diri seseorang, maka ketetapan itu sampai alam yang tidak terbatas (alam langgeng) berdasarkan firman Allôh swt:

Yutsabbitullôh alladzîna âmanû bil qoulits tsâbiti fil hayâtid dun-yâ wa fil âkhiroti
“Allôh menetapkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tetap dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (Q.S. Ibrohim : 27)

                Inilah yang membedakan rukun Iman kepada Allôh dengan kepada yang lain. Coba kita perhatikan, petani, nelayan, guru, pegawai negeri, kyai, muballigh, pedagang, seniman, artis, wartawan, penerbang, penjahit, pengrajin, pelukis, olahragwan, cendikiawan, hartawan, kalau mereka menghadap Allôh hanya dengan ibadah syari'at saja, dapat disimpulkan mereka telah mencintai makhluk Allôh daripada mencintai kholiq-Nya. Itu bukan syirik, entah apa namanya. Na’udzubillâh.
                Oleh karenanya, hanya dengan dzikir yang telah mendarah daging meraga sukma saja yang mampu membedakannya. Alhamdulillâh, ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya sudah mendapatkannya dan merasakannya.
                Dzikir itu adalah nikmat tertinggi yang diturunkan Allôh kepada makhluk-Nya. Oleh karenanya kita diperintah untuk mensyukuri nikmat dzikir sebagaimana disabdakan oleh baginda Nabi saw yang artinya :

“Dzikir itu ni’mat, maka wajib kamu sekalian mensyukurinya.” (H.R. Ad-Dailami dari Nabith bin Syarith)

Untuk mensyukuri ni’mat dzikir itu maka Pangersa Abah menekankan kepada seluruh ikhwan agar :
1.Melaksanakan dzikir jahar setelah sholat (amalan harian).
2.Melaksanakan khotaman.
                Aurod khusus TQN Pondok Pesantren Suryalaya mingguan (seminggu sekali atau dua kali). Tiap malam lebih baik.
3.Melaksanakan manaqiban.
                Pengajian bulanan (sebulan sekali). Dimaksudkan untuk melatih istiqomah mengamalkan amalan tersebut dan menambah wawasan ilmu para ikwan.

                Motto yang dipakai oleh TQN Pondok Pesantren Suryalaya berdasarkan gagasan Pangersa Abah adalah “Ilmu Amaliah Amal Ilmiah”. Maksudnya adalah agar ilmu yang kita miliki harus senantiasa diamalkan dan amal yang kita kerjakanpun harus menggunakan ilmu yang sesuai dengan Qur`an dan Sunah Nabi sehingga lebih yakin malah haqqul-yaqin sampai akmalul-yaqin.

TANBIH

TANBIH

Bismillahir rohmanir rohim

                Ieu pangeling-ngeling ti Pangersa Guru Almarhum, Sjech Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad, panglinggihan di Patapan Surjalaja Kadjembaran Rachmaniah. Dawuhannana chusus kangge ka sadaja murid-murid, pameget istri, sepuh anom, muga-muga sing ginandjar kawiludjengan, masing-masing lulus rahaju sapapandjangna, ulah aja kabengkahan djeung sadajana.
                Oge nu djadi papajung Nagara sina tambih kamuljaannana, kaagungannana tiasa nangtajungan ka sadaja abdi-abdina, ngauban ka sadaja rajatna, di paparin karahardjaan, kadjembaran, kani'matan ku Gusti Nu Maha Sutji dlohir-bathin.
                Djeungna sim kuring nu djadi pananjaan Thoreqat Qodirijjah Naqsyabandijah, ngahaturkeun kagegelan wasiat ka sadaja murid-murid poma sing hade-hade dina sagala laku lampah, ulah aja tjarekeun Agama jeung Nagara.
                Eta dua-duanana kawulaan sapantesna, samistina kudu kitu manusa anu tetep tjitjing dina kaimanan, tegesna tiasa ngawudjudkeun karumasaan terhadap Agama djeung Nagara, taat ka Hadorot Ilahi nu ngabuktikeun parentah dina Agama djeung Nagara.
                Inget sakabeh murid-murid, ulah kabaud ku pangwudjuk napsu, kagendam ku panggoda sjetan, sina awas kana djalan anu matak mengparkeun kana parentah Agama djeung Nagara, sina telik kana diri bisi katarik ku iblis anu njelipkeun dina bathin urang sarerea.
                Anggurmah buktikeun kahadean sina medal tina kasutjian :
                Kahidji : ka saluhureun ulah nanduk, boh saluhureun harkatna atawa daradjatna, boh dina kabogana, estu kudu luju akur djeung batur-batur.
                Kadua : ka sasama tegesna ka papantaran urang dina sagala-galana ulah rek pasea, sabalikna kudu rendah babarengan dina enggoning ngalakukeun parentahna Agama djeung Nagara, ulah djadi patjogregan patjengkadan, bisi kaasup kana pangandika "ADZABUN ALIM" anu hartina pilara salawasna, ti dunja nepi ka acherat (badan pajah ati susah).
                Katilu : ka sahandapeun ulah hajang ngahina atawa njieun deleka tjulika, henteu daek ngadjenan, sabalikna kudu heman kalawan karidoan, malar senang rasana, gumbira atina, ulah sina ngarasa reuwas djeung giras, rasa kapapas mamaras, anggur ditungtun ditujun ku nasehat anu lemah lembut, nu matak nimbulkeun nurut, bisa napak dina djalan kahadean.
                Kaopat : ka nu pakir djeung nu miskin kudu welas asih, someah tur budi beresih, sarta daek mere maweh, nganjatakeun hate urang sareh. Geura rasakeun awak urang sorangan katjida ngerikna ati ari dina kakurangan. Anu matak ulah rek kadjongdjonan ngeunah dewek henteu lian, da pakir miskin teh lain kahajangna sorangan, estu kadaring Pangeran.
                Tah kitu pigeusaneun manusa anu pinuh karumasaan, sanadjan djeung sedjen bangsa, sabab tunggal turunan ti Nabi Adam as. Numutkeun ajat 70 Surat Isro anu pisundaeunnana kieu : "Katjida ngamuljakeunnana Kami ka turunan Adam, djeung Kami njebarkeun sakabeh daratan oge lautan, djeung ngaridjkian Kami ka maranehannana, anu aja di darat djeung lautan djeung Kami ngautamakeun ka maranehannana, malah leuwih utama ti mahluk anu sedjenna."
                Djadi harti ieu ajat njaeta akur djeung batur-batur ulah aja kutjiwana, nurutkeun ajat tina surat Almaidah anu sundana : "Kudu silih tulungan djeung batur dina enggoning kahadean djeung katakwaan terhadep Agama djeung Nagara, soson-soson ngalampahkeunnana, sabalikna ulah silih tulungan kana djalan perdosaan djeung permusuhan terhadep parentah Agama djeung Nagara."
                Ari sebagi agama, saagamana-saagamana, nurutkeun surat Alkafirun ajat 6, "Agama andjeun keur andjeun, Agama kuring keur kuring." Surahna ulah djadi papaseaan, "Kudu akur djeung batur-batur, tapi ulah tjampur baur".
                Geuning dawuhan sepuh baheula : "Sina logor dina liang djarum, ulah sereg di buana." Lamun urangna henteu kitu, tangtu hanjakal di achirna. Karana anu matak tugenah terhadep badan urang masing-masing eta teh tapak amal perbuatannana. Dina surat Annahli ajat 112 diunggelkeun anu kieu : "Gusti Alloh geus maparin tjonto pirang-pirang tempat, boh kampungna atawa desana atawa nagarana, anu dina eta tempat nudju aman santosa, gemah ripah loh djinawi, kari-kari pendudukna (nu njitjingannana) teu narima kana ni'mat ti Pangeran, maka tuluj bae dina eta tempat kalaparan, loba kasusah, loba karisi djeung sadjabana, kituteh samata-mata pagawean maranehannana."
                Ku lantaran kitu, sakabeh murid-murid kudu arapik tilik djeung pamilih, dina njiar djalan kahadean lahir bathin, dunja acherat sangkan ngeunah njawa betah djasad, ulah djadi kabengkahan, nu disuprih, TJAGEUR BAGEUR.
Teu aja lian pagawean urang sarerea Thoreqat Qodirijjah Naqsabandijah, amalkeun kalawan enja-enja, keur ngahontal sagala kahadean dohir bathin, keur njingkahan sagala kagorengan dohir bathin, anu ngeunaan ka djasad utama njawa, anu dirungrung ku pangwudjuk napsu, digoda ku dajana setan. Ieu wasiat kudu dilaksanakeun ku sadaja murid-murid, supaja djadi kasalametan dunja rawuh acherat.

Patapan Surjalaja, 13 Pebruari 1956

Ieu wasiat kahaturkeun ku pribados
Ka sadaja achli-achli

(H. A. SJOHIBULWAFA TAZUL’ARIFIN)

Ranggeuyan Mutiara.

Ulah ngewa ka Ulama anu sajaman
Ulah nyalahkeun kana pangajaran batur.
Ulah mariksa murid batur.
Ulah medal sila upama kapanah.

KUDU ASIH KA JALMA ANU

MIKA NGEWA KA MANEH.

Pangersa Guru Almarhum