AJARAN DAN AMALIYAH
Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah
Pondok Pesantren Suryalaya
Thoriqot Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya berpegang kepada tiga prinsip dasar
ajaran agama Islam, yaitu :
I.Rukun Islam
1.Mengucapkan dua kalimah syahadat
1.Mengucapkan dua kalimah syahadat
2.Mendirikan sholat
yang lima waktu
3.Mengeluarkan
zakat
4.Melaksanakan
shoum di bulan Romadlon
5.Menunaikan ibadah
haji bagi yang mampu
II.Rukun Iman
1.Iman kepada Allôh
2.Iman kepada
malaikat-Nya
3.Iman kepada
kitab-kitab-Nya
4.Iman kepada semua
Rosul-Nya
5.Iman kepada hari
akhir
6.Iman kepada
ketentuan Allôh
III.Rukun Ihsan
“Hendaklah kamu
beribadah kepada Allôh seakan-akan kamu melihat-Nya. Apabila kamu tidak
melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Allôh senantiasa memperhatikan dirimu.”
Ketiga pokok ajaran
Islam ini mengacu kepada sabda Rosûlullôh saw yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin
Khothob ra di dalam hadits Bukhori dan Muslim :
URAIAN SINGKAT TENTANG RUKUN
ISLAM
1.Mengucapkan Dua Kalimat
Syahadat
Syahadat tidak
cukup hanya diucapkan saja tetapi ada upaya untuk memadukan antara ucapan dan
ingatan agar sesuai antara mulut dan apa yang ada di hati. Apabila tidak ada
antara kesesuaian antara ucapan dengan apa yang ada di dalam hati maka termasuk
kategori orang-orang munafiq.
Allôh swt menolak pernyataan orang-orang munafiq dengan firman-Nya:
wa minan nâsi may yaqûlu âmannâ billâhi wa bilyaumil âkhiri wa mâ hum bi
mu`minîna
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allôh
dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.” (Q.S. al-Baqoroh : 8)
Rosûlullôh saw menegaskan :
“Mayoritas munafiq umatku adalah orang-orang ahli membaca saja sedangkan
hatinya tidak ada iman, seperti kulit bawang.”
Begitu juga pernyataan orang-orang Arab yang dibantah oleh Allôh swt:
Qôlatil a’rôbu âmannâ, qul lam tu`minû walâkin qûlû aslamnâ wa lammâ
yadkhulil îmânu fî qulûbikum
“Telah berkata orang-orang arab itu, ‘Kami telah beriman’. Katakanlah
Muhammad! ‘Kalian belum beriman, katakanlah, kami telah berislam karena iman
belum masuk ke dalam hati kamu sekalian.” (Q.S. al-Hujurot : 14)
Para ‘ulama ahli ushul fiqih menyatakan :
“Apabila bertentangan antara hati dan lisan, maka yang dijadikan ukuran
apa yang ada di hati.”
Nabi saw menekankan bobot semua kegiatan dalam agama Islam itu dalam
hati, ukurannya hati, ketentuannya di dalam hati.
Inna fil jasadi mudl-ghotan, idzâ sholuhat sholuhal jasadu
kulluhu wa idzâ fasadat fasadal jasadu kulluhu alâ wa hiyal qolbu
“Bahwasanya di dalam tubuh anak Adam itu ada segumpal daging. Apabila ia
baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh
tubuh. Perhatikan itu adalah hati.”
Di dalam Sirrul Asrôr Syaikh ‘Abdul Qôdir al-Jailâni bersabda:
“Sesungguhnya hati itu adalah asal, selain itu, pengikutnya.”
Itulah pentingnya keseimbangan antara ucapan dua kalimah syahadat dengan
iman yang tertanam di dalam hati. Bilamana telah ada keselarasan antara lisan
dengan hati maka syahadatnya mabruroh. Bila syahadatnya mabruroh, maka pasti
sholatnyapun mabruroh. Karena tidak sah sholat tanpa syahadat.
2.Sholat
Ibadah sholat
sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dan dicontohkan oleh Rosûlullôh saw.
Beliau bersabda :
Ittaqillâha fish sholâti, ittaqillâha fish sholâti, ittaqillâha fish
sholâti
“Bertaqwalah kamu sekalian di dalam sholat! Bertaqwalah kamu sekalian
di dalam sholat! Bertaqwalah kamu sekalian di dalam sholat!” (H.R. Baihaqi
dari Abi Huroiroh)
Sampai tiga kali beliau mengulangi perintahnya agar bertaqwa di dalam
sholat. Bukannya dengan melaksanakan sholat itupun telah melaksanakan taqwa?
Pernahkah saudara-saudara mendengar definisi taqwa?
“Turut segala perintah Allôh dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya.”
Di antara perintah-Nya adalah sholat. Jadi apabila orang melaksanakan
sholat berarti ia melaksanakan taqwa.
Nabi saw
memerintahkan langsung kepada para sahabat untuk bertaqwa di dalam sholat.
Mengapa demikian? Karena masih banyak orang yang sholat, sebenarnya mendustakan
agama karena lalai dalam sholatnya (tidak khusyu’). Hatinya tidak tertuju
kepada Allôh tetapi memikirkan zat selain-Nya. Itu sebabnya Allôh memberi
peringatan keras dalam Qur`an surat al-Ma’ûn bagi mereka yang termasuk
mushollîn dan bukan kelompok muqimush sholat.
Fa wailul lil mushollînal ladzîna hum ‘an sholâtihim sâhûn
“Celakalah orang-orang yang sedang sholat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya.” (Q.S. al-Ma’ûn : 4-5)
Yaitu yang meninggalkan sholat dalam sholat. Artinya sholat mereka hanya
badannya sedangkan hatinya tidak mengingat Allôh tetapi mengingat yang lain.
Mendirikan sholat
bukan hanya melakukan sholat (mushollîn). Adapun ciri-ciri orang yang
mendirikan sholat (muqîmush sholât) akan dirasakan oleh orang yang sedang
sholat itu sendiri, yaitu sebagaimana firman Allôh swt:
Wa `aqimish sholâta lidzikrî
“Dan dirikanlah sholat itu semata-mata hanya untuk mengingat Aku
(Allôh).” (Q.S. Thoha : 14)
Allôh swt
menyatakan bahwa sholat akan terasa berat kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’.
Wasta ‘înû bish shobri wash sholâti wa innahâ lakabîrotun illâ ‘alal
khôsyi ‘în
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allôh) dengan sabar dan
(mengerjakan) sholat, dan sesungguhnya sholat itu berat kecuali bagi
orang-orang yang khusyu’.” (Q.S. al-Baqoroh : 45)
Siapakah orang-orang khusyu’ itu?
Khôsyi ‘îna lillâhi
“Mereka adalah orang-orang yang semata-mata kepada Allôh.” (Q.S.
Ali ‘Imron : 199)
Apanya yang khusyu itu? Anggota badan lahirnya atau hatinya, atau
keduanya?
Yang benar adalah keduanya. Jasmani/ lahirnya harus khusyu’ sesuai contoh
dari Rosûlullôh saw sebagai uswah hasanah, terutama hatinya yang menjadi tolak
ukur baik buruknya seseorang sebagaimana sabdanya:
“Bilamana khusyu’ hati orang ini maka terbawa khusyu seluruh anggota
badannya.” (H.R. al-Hakim dari Abi Huroiroh)
Allôh swt mengajukan pertanyaan bagi orang-orang beriman yang dijawabnya
bukan oleh mulut tetapi oleh hati/ perasaan. Inilah pertanyaan Allôh swt
tersebut :
Alam ya`ni lilladzîna âmanû an takhsya’a qulûbuhum lidzikrillâhi
“Belumlah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk
(khusyu’ hatinya dengan mengingat (dzikir) hanya kepada Allôh?” (Q.S.
Al-Hadiid : 16)
Jawaban agar hati
kita selalu tertuju dan tunduk pada-Nya hanya satu jalan, yaitu dengan banyak
mengingat-Nya (dzikrullôh). Oleh karena itu Nabi saw memerintahkan kepada
sayyidina ‘Ali kw agar selalu mengingat Allôh baik secara jahar
(terang-terangan) maupun secara khofi (secara tertutup), tersurat dan yang
tersirat, yang ditanamkan melalui Syaikh Mursyid, Abah Anom.
Dan di antara
sunnah beliau adalah sholat awal waktu.
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى
الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Innash sholâta
kânat ‘alal mu`minîna kitâbam mauqûtâ
“Sesungguhnya
sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (Q.S. an-Nisâ` : 103)
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ
أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Fa kholafa mim ba’dihim kholfun adlô ’ush sholâta wat taba’usy syahawâti
fa saufa yalqouna ghoyyâ
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan.”
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلّيْنَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُونَ
Fa wailul
lilmushollînal ladzîna hum ‘an sholâtihim sâhûn
“Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya.” (Q.S. al-Mâ’ûn : 4-5)
Ibnu Abbas
menjelaskan wail itu adalah satu jurang yang ada dalam neraka jahanam.
Tempat ini untuk orang yang suka mengakhirkan sholat fardlu.
Sabda Rosûlullôh
saw, “Muslim yang meninggalkan sholat sama dengan musyrik sedangkan yang
mengingkari sama dengan kafir.”
Sabdanya yang lain,
“Orang yang menyepelekan sholat diberi 15 siksaan (6 di dunia; 3 ketika
maut; 3 di kubur; 3 saat dibangkitkan).”
1. Siksaan ketika di dunia :
Dihilangkan barokah
umurnya
Hilang ciri-ciri
kesholehan dari mukanya
Semua amal baiknya
tidak mendapatkan pahala
Do’anya tidak
diangkat ke langit
Tidak dapat bagian
do’a orang sholeh
II. Siksaan ketika Maut
Matinya hina
Mati dalam keadaan
lapar
Matinya sangat haus
(tidak akan segar walau minum air lautan dunia)
III. Siksaan di Kubur
Allôh menyempitkan kuburnya dan menjepitnya sampai tulang rusuknya
hancur luluh
Dinyalakan api di
kuburnya bolak-balik dan menjadi arang
Didatangkan ular
besar yang disebut Suja’ul Aqro. Dua matanya dari api, kuku-kukunya dari
besi. Panjang setiap kukunya sama dengan perjalanan satu hari. Ia bicara, “akulah
Syujaul Aqro” , suaranya seperti halilintar menyambar. “Aku diperintah
Allôh, Tuhanku untuk memukulmu karena menyia-nyiakan sholat shubuh sampai
datang waktu zhuhur, karena menyia-nyiakan sholat zhuhur sampai datang waktu
‘ashar dst.” Setiap pukulan, tubuh pendosa itu tertanam sedalam 70 siku.
Kemudian dicongkel lagi dengan kukunya dan dipukul lagi terus begitu sampai
qiyamat. Kita bermohon, semoga diselamatkan dari siksa kubur.
IV. Siksaan di hari Qiyamat
Dipandang Allôh dengan murka di waktu dihisab amalnya sehingga rontok
daging mukanya
Allôh menghisab
dengan hisaban berat dan lama sekali sampai ia diputuskan menjadi ahli neraka
yang merupakan sejelek-jeleknya tempat.
Rosûlullôh saw
bersabda, “Sholat adalah ukuran timbangan dan ujung takaran kamu. Apabila
kau memenuhinya dengan baik, selamatlah kamu dan apabila kamu kurangi maka
disiksalah kamu.” Dalam hadits
lainnya, Rosûlullôh saw bersabda, “Siapa yang berjama’ah shubuh selama 40
hari dengan tidak ketinggalan satu roka’at pun maka Allôh memberi dua
kebebasan, 1. Bebas dari munafiq ; 2. Bebas dari neraka.” (Kitab Qurrotul
‘Uyyun wa Mufarijul Qolbil Mahzun karya Imam Abu Alaist Assamarqondi)
Karena itu Pangersa
Abah mendirikan sholat seperti sholatnya Rosûlullôh saw. Hadits, “Sholatlah
kamu seperti melihat aku sholat.”. Sabda yang lain,”Amalan yang paling
utama adalah sholat awal waktu”. (H.R. at-Turmudzi, al-Hakim, Bukhori
Muslim)
Ibnu Mas’ud-pun meriwayatkan demikian. Oleh karena itu kita wajib mengikuti sunnah Abah
Anom yang juga sunnah Rosûlullôh saw yakni mengerjakan sholat awal waktu.
3.ZAKAT
Pengertian secara
umum adalah membersihkan harta dengan mengeluarkannya kepada mustahiqnya, baik
zakat mal maupun zakat fitroh. Dalam pengertian TQN Pondok Pesantren Suryalaya
ditekankan agar selalu membersihkan yang bersifat lahir maupun bathin.
Allôh swt berfirman dalam al-Qur`an :
Wa al-lawistaqômû ‘alath-thorîqoti la-asqoinâhum mâ-an ghodaqô
“Dan bahwasanya jikalau mereka telah menyatakan istiqomah dalam
mengamalkan thoriqoh, maka kami akan mencurahkan kepada mereka air (rahmat)
yang berlimpah.” (Q.S. al-Jin : 16)
Jalan menuju
kebersihan jiwa adalah sesuatu yang terpenting dalam kehidupan manusia. Hal
tersebut hanya dapat dilakukan apabila seseorang telah mendapat talqin dzikir
oleh ruh yang dipercaya Allôh untuk menanamkannya. Bagi Rosûlullôh saw melalui
malaikat Jibril, para sahabat melalui Nabi saw, para tabi’in melalui para
sahabat begitu seterusnya sampai kepada kita melalui Syaikh Mursyid. Beliau
adalah qolam Allôh untuk semua muridnya. Ini adalah pernyataan Allôh dalam
al-Qur`an :
Alladzî ‘allama bil qolami, ‘allamal insâna mâ lam ya’lam
“Ia adalah yang telah mengajarkan dengan qolam. Mengajarkan kepada
manusia apa saja yang mereka belum mengetahuinya.” (Q.S. al-’Alaq : 4-5)
Para ulama ahli tashowuf menyatakan :
“Lisan ahli ma’rifat adalah merupakan qolam Allôh yang dengan qolam itu,
Allôh mencatat sesuatu di hati murid-muridnya yang bagaikan papan tulis.”
Adapun yang
dicatat, ditulis dan ditanamkan Allôh di dalam hati orang-orang yang beriman
itu, sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur`anul karim :
Ulâ-ika kataba fî qulûbihimul îmâna wa ayyadahum bi rûhim minhu wa
yudkhiluhum jannâtin tajrî min tahtihal anhâru khôlidîna fîhâ,
rodliyallôhu ‘anhum wa rodlû ‘anhu, ulâ-ika hizbullôhi alâ inna hizballôhi
humul muflihûn
“Mereka itulah orang-orang yang telah ditanamkan dalam hatinya keimanan
dan kekuatan bathin, dan Allôh memasukkan mereka ke dalam sorga yang selalu
mengalir di bawahnya sungai-sungai kebaikan serta mereka kekal di dalamnya.
Mereka ridlo atas ketentuan Allôh maka Allôh pun ridho kepada mereka. Mereka
adalah bala tentara Allôh. Ingatlah hanya bala tentara Allôh yang selalu
beruntung.”
Dengan ayat ini
semakin jelas bahwa iman tidak datang dengan sendirinya ke dalam hati tetapi
harus ada yang menanamkan dan menetapkan ke dalam hati agar tetap stabil dan
istiqomah. Tujuan ditetapkan di dalam hati agar kekal di dalamnya.
Khôlidîna fîhâ
“Mereka kekal di dalamnya, ketetapan di dunia dan akhirat.”
Sebagaimana firman Allôh swt :
Yutsabbitullôh alladzîna âmanû bil qoulits-tsâbiti fil hayâtid
dun-yâ wa fil âkhiroti
“Allôh telah meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan ucapan
hati yang teguh, yang tetap di dunia dan di akhirat.” (Q.S. Ibrohim : 24)
Itulah alat yang
berfungsi untuk membersihkan jiwa/ zakat bathin dari berbagai macam penyakit
hati yang merusakkan jiwa seperti bohong, sombong, buruk sangka, malas, kikir,
resah, gelisah dan lain-lain yang wajib kita bersihkan sesuai dengan perintah
Allôh swt :
Wa dzarû zhôhirol itsmi wa bâthinahu
“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi.” (Q.S.
al-An'am : 120)
Untuk mengikis
habis dosa-dosa yang bagaikan karat tiada lain hanya dengan dzikrullôh
sebagaimana sabda Nabi :
Likulli syai-in shiqôlatan wa shiqôlatul qulûbi dzikrullôhi
“Bahwasanya bagi segala sesuatu itu ada pembersihnya, untuk membersihkan
hati adalah dzikrulloh dan tidak ada sesuatu yang paling menyelamatkan dari
siksaan Allôh selain dzikrullôh.” (H.R. Baihaqi dari ibni 'Umar)
Oleh karena
membersihkan kotoran jiwa hukumnya wajib maka berusaha mencari jalan bagaimana
caranya, hukumnya wajib seperti melawan nafsu amarah, apabila ia datang maka
kita wajib menghadapinya, itulah jihad yang paling besar (jihadul akbar).
Untuk melawan nafsu
tersebut, Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani menggunakan kalimah Lâ ilâha illallôh
(ismul awwal). Para wali Allôh memilih kalimah tersebut karena ini adalah
kalimah thoyyibah. Siapa saja yang mengamalkan akan menjadi baik sebaik kalimah
tersebut. Dan dengan sesungguhnya mereka melihat bekasnya yang tidak pernah
mereka lihat bekasnya melalui kalimah yang lain. Rosûlullôh saw menyatakan :
Afdlolu mâ qultu anâ wan-nabiyyûna min qoblî lâ ilâha illallôhu
“Yang paling utama apa yang aku ucapkan dan yang paling utama
diucapkan oleh nabi-nabi sebelum aku ialah kalimah Lâ ilâha illallôh.”
(Miftahush-shudur, juz pertama, hal. 13)
Jadi kalimah itu
tidak hanya pilihan para wali Allôh tetapi Nabi-pun memilih kalimah tersebut
yang paling utama sebagaimana sabdanya :
Afdloludz-dzikri lâ ilâha illallôhu
“Kalimah dzikir yang paling utama ialah Lâ ilâha illallôh.” (H.R.
Turmudzi, An-Nasaa-i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dari Jabir )
Dan sesungguhnya
siapa saja yang menekuninya tidak akan mendapat kesusahan di dunia dan di
akhirat seperti yang ditunjukkan dalam banyak hadits, malah ketika mereka
bangkit dari kuburnya sambil mengibas-ngibas tanah dari kepalanya membacakan :
Alhamdu lillâhil ladzî adzhaba ‘annal hazana
"Segala puji bagi Allôh yang telah menghilangkan rasa duka dari
kami.” (Q.S. Fathir : 34)
Itulah sebabnya,
jangan aneh kalau di Pondok Pesantren Suryalaya sejak tahun tujuh puluhan
menjadi tempat rehabilitasi hati/ mental dan gangguan jiwa lainnya yang oleh
medis sudah dianggap tidak ada harapan lagi, ternyata dapat sembuh dengan
metode dzikrullôh. Mengapa demikian? Karena Allôh akan bersama siapa saja yang
berupaya untuk mendekati-Nya, sebagaimana difirmankan dalam hadits-hadits qudsi
:
Idzâ lam taronî falzam ismî lâ yufâriqunî
“Jika kamu tidak melihat-Ku maka tanamkanlah nama-Ku, karena
sesungguhnya nama-Ku tidak berpisah dengan-Ku.”
Di dalam al-Qur`an Allôh menjelaskan dengan firman-Nya :
Wa huwa ma-‘akum aina mâ kuntum
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allôh Maha
Melihat apa saja yang kamu kerjakan." (Q.S. al-Hadid : 4)
4.SHOUM DI BULAN ROMADHON
Nabi Muhammad saw bersabda :
Rubba shô-imun laisa lahu min shiyâmihi illal jû’i
“Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak ada bagian dari puasanya
selain lapar.” (H.R. Ibnu Majah dari Abi Hurairah)
Dengan adanya
hadits ini, Syaikh ‘Abdul Qodir menjelaskan dalam kitabnya Sirrul Asror,
halaman 12. Shoum terbagi 3 kelompok, yaitu : Pertama, shoum syari'at/
shoum umum yaitu sebatas menahan lapar dan haus dengan waktu yang telah
ditentukan. Kedua, shoum thoriqoh/ langgeng yaitu menahan diri dari
hal-hal yang melanggar aturan agama dan negara. Ketiga, shoum hakikat
yaitu mempertahankan hati untuk selalu mengingat Allôh (dzikrullôh).
Apabila ketiganya dilaksanakan, inilah yang disebut shoum hakiki yang
termasuk rukun Islam.
5.IBADAH HAJI
Perhatikan firman Allôh :
Wa atimmul hajja wal ‘umrota lillâhi
“Dan sempurnakanlah haji dan umroh itu dengan hanya karena Allôh.”
(Q.S. al-Baqoroh : 196)
Sama halnya dengan
ibadah-ibadah lainnya, menunaikan ibadah haji pun adalah untuk mengingat Allôh.
Allôh swt menerangkan keutamaan sholat, menunaikan ibadah haji dan kaitannya
dengan dzikrullôh. Di dalam surat An-Nisa : 103 tentang sholat :
Fa idzâ qodloitumush sholâta fadz kurullôha qiyâmaw wa qu-‘ûdaw wa ‘alâ
junûbikum
“Maka apabila kamu sekalian telah menyeleseaikan sholatmu ingatlah Allôh
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.”
Di dalam surat al-Baqoroh ayat 200 tentang ibadah haji :
Fa idzâ qodloitum manâsikakum fadzkurullôh
“Maka apabila kamu sekalian telah menyelesaikan ibadah hajimu
berdzikirlah (dengan mengingat Allôh).” (Q.S. al-Baqoroh : 200)
Dengan dua ayat di
atas, kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa mabrur atau tidaknya suatu
pekerjaan syari’at seperti syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji terletak
dari seberapa jauh kita melakukan amalan hati untuk banyak mengingat nama
Allôh.
Itu sebabnya,
Pangersa Abah selalu berpesan kepada setiap ikhwan yang akan menunaikan ibadah
haji dengan menyampaikan amanat singkat: “Dzikir saja”.
Beliau berpendapat demikian berdasarkan keterangan dari Rosûlullôh saw :
“Tiada maksud lain, diisyaratkan thowaf di baitullôh serta sa’i
antara shofa dan marwah dan lempar jumroh itu hanya untuk dzikir kepada Allôh.”
(H.R. Abu Dawud, Al-Hakim, dari 'Aisyah)
Menurut ahli
balaghoh, kalimat innamâ artinya sesungguhnya, kalau diartikan sesungguhnya
berarti bukan main-main. Kalau diartikan hanya berarti tiada lain. Jadi
hadits itu menyatakan pentingnya dzikir ketika melaksanakan segala kegiatan
haji dari mulai thowaf sampai thowaf wada’.
Demikianlah sekelumit tentang amalan rukun Islam yang dilaksanakan oleh
para murid TQN Pondok Pesantren Suryalaya.
URAIAN SINGKAT TENTANG RUKUN IMAN
Iman kepada Allôh tidak boleh disamakan
dengan yang lainnya. Karena Allôh adalah kholiq sedangkan yang lainnya adalah
makhluk. Allôh swt menjelaskan dalam al-Qur`an :
Fâthirus samâwâti wal ardli ja-‘ala lakum min anfusikum azwâjaw wa minal
an-‘âmi azwâjay yadz ro`ukum fîhi laisa kamitslihi syai-uw wa huwas samî-‘ul
bashîr
“Dia (Allôh) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari
jenis kamu sendiri pasangan-pasangan. Dan dari jenis binatang ternak
pasangan-pasangan pula. Dijadikannya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
Tidak satupun yang serupa dengan dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (Q.S. Asy-Syûro : 11)
Menurut Pangersa
Abah pula, kitapun tidak boleh mencintai Allôh disamakan dengan makhluk lainnya
karena kalau demikian berarti kita telah membuat sekutu/ tandingan yang berarti
syirik. Nabi saw menegaskan tentang syirik dengan sabdanya :
“Yang paling besar dari segala dosa besar adalah syirik atau
menyamakan, menyetarakannya dengan yang lain, membunuh dan menyakiti kedua
orang-tua dan saksi bohong.” (H.R. Bukhori dari Anas)
Bagaimana jalan keluarnya agar tidak terjerembab ke dalam syirik?
Jawabannya dapat merujuk pada :
Wa minan nâsi may yattakhidzu min dûnil-lâhi andâday yuhibbûnahum
kahubbil lâhi wal ladzîna âmanû asyaddu hubbal lillâhi
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allôh mereka mencintainya sebagaimana mencintai
Allôh. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allôh.” (Q.S.
Al-Baqoroh : 165)
Sebagai contoh kita
buat perbandingan sebagai berikut. Sehari semalam ada 24 jam. Berapa jam
dipergunakan untuk mengabdi kepada Allôh dan berapa jam untuk mengabdi kepada
selain Allôh. Kita bisa menilai apakah diri kita termasuk kategori orang-orang
yang bersyukur atau kufur ni'mat? Seimbangpun, itu termasuk syirik.
Berbahagia, ikhwan
TQN Pondok Pesantren Suryalaya melalui talqin dzikir yang ditanamkan oleh
Pangersa Abah, kita terbebas dari sifat syirik karena jiwa dan raga kita
senantiasa diajak untuk dzikrullôh sebagai perwujudan rasa cinta kita yang
mendalam terhadap Allôh swt Pencipta Yang Maha Sempurna.
Rosûlullôh saw bersabda :
“Tanda cinta kepada Allôh ialah cinta dzikir kepada Allôh dan tanda
membenci Allôh ialah membenci dzikir kepada Allôh Yang Maha Mulia dan Maha
Agung.” (H.R. Al Baihaqi dari Anas)
Adapun dzikir yang
digunakan untuk menyatakan cinta kepada Allôh dan agar selalu dekat pada-Nya
ialah yang selalu dilaksanakan oleh ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya yaitu
:
1.Dzikir jahar (terangan-terangan). Diamalkan setelah sholat, baik
fardhu maupun sunat
2.Dzikir khofi (tersirat dalam hati). Diamalkan tanpa mengenal waktu dan tempat
Kedua-duanya disebut Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyyah. Apabila
dua-duanya telah ditetapkan pada diri seseorang, maka ketetapan itu sampai alam
yang tidak terbatas (alam langgeng) berdasarkan firman Allôh swt:
Yutsabbitullôh alladzîna âmanû bil qoulits tsâbiti fil hayâtid dun-yâ wa
fil âkhiroti
“Allôh menetapkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
tetap dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (Q.S. Ibrohim : 27)
Inilah yang
membedakan rukun Iman kepada Allôh dengan kepada yang lain. Coba kita
perhatikan, petani, nelayan, guru, pegawai negeri, kyai, muballigh, pedagang,
seniman, artis, wartawan, penerbang, penjahit, pengrajin, pelukis, olahragwan,
cendikiawan, hartawan, kalau mereka menghadap Allôh hanya dengan ibadah
syari'at saja, dapat disimpulkan mereka telah mencintai makhluk Allôh daripada
mencintai kholiq-Nya. Itu bukan syirik, entah apa namanya. Na’udzubillâh.
Oleh karenanya,
hanya dengan dzikir yang telah mendarah daging meraga sukma saja yang mampu
membedakannya. Alhamdulillâh, ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya sudah
mendapatkannya dan merasakannya.
Dzikir itu adalah
nikmat tertinggi yang diturunkan Allôh kepada makhluk-Nya. Oleh karenanya kita
diperintah untuk mensyukuri nikmat dzikir sebagaimana disabdakan oleh baginda
Nabi saw yang artinya :
“Dzikir itu ni’mat, maka wajib kamu sekalian mensyukurinya.”
(H.R. Ad-Dailami dari Nabith bin Syarith)
Untuk mensyukuri ni’mat dzikir itu maka Pangersa Abah menekankan kepada
seluruh ikhwan agar :
1.Melaksanakan dzikir jahar setelah sholat (amalan harian).
2.Melaksanakan khotaman.
Aurod khusus TQN
Pondok Pesantren Suryalaya mingguan (seminggu sekali atau dua kali). Tiap malam
lebih baik.
3.Melaksanakan manaqiban.
Pengajian bulanan
(sebulan sekali). Dimaksudkan untuk melatih istiqomah mengamalkan amalan
tersebut dan menambah wawasan ilmu para ikwan.
Motto yang dipakai
oleh TQN Pondok Pesantren Suryalaya berdasarkan gagasan Pangersa Abah adalah
“Ilmu Amaliah Amal Ilmiah”. Maksudnya adalah agar ilmu yang kita miliki harus
senantiasa diamalkan dan amal yang kita kerjakanpun harus menggunakan ilmu yang
sesuai dengan Qur`an dan Sunah Nabi sehingga lebih yakin malah haqqul-yaqin
sampai akmalul-yaqin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar