Kata pengajaran dan pendidikan
biasanya digunakan secara bersamaan, sehingga terkadang dianggap dua kata
sinonim, padahal masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian yang berbeda.
Pengajaran, menurut bahasa berarti mengajar, sedangkan pendidikan berarti
mengembangkan dan menumbuhkan. Oleh karena itu, saya akan mendefinisikan masing-masing
dari keduanya secara terpisah.
Definisi Pendidikan
Untuk mendefinisikan pendidikan
secara benar dan sempurna, sebelumnya kita harus memperhatikan peranan pendidik
dalam pendidikan dan melihat apa yang dilakukannya dalam praktik pendidikan.
Untuk itu, sebagai contoh, kita perlu memperhatikan peranan seorang tukang
kebun sebagai pendidik bagi pohon dan tumbuh-tumbuhan. Yang dilakukan seorang
tukang kebun ialah, pertama-tama ia membajak tanah untuk persiapan menanam
benih. Kemudian ia menyemai benih pohon sedemikian rupa sehingga benih itu
mendapatkan udara dan sinar matahari yang cukup. Lalu, dengan tepat waktu benih
itu disiram air dan diberi pupuk yang sesuai, begitu juga hama-hama diberantas,
dan rumput dan tanaman pengganggu disingkirkan. Manakala tukang kebun tersebut
mengerjakan semua pekerjaan yang diperlukan maka potensi kehidupan yang
terkandung dalam benih tersebut akan tumbuh menjadi kehidupan riil dan secara
perlahan-lahan akan tumbuh dan berkembang dan memberikan buah.
Dengan memperhatikan secara teliti
contoh di atas akan menjadi jelas bahwa benihlah yang berkembang dan mengubah
potensi kehidupan yang ada pada dirinya menjadi kehidupan riil, sementara
peranan tukang kebun tidak lebih hanya mempersiapkan lahan dan menyediakan
persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
Pendidikan manusia juga tidak
berbeda seperti ini. Maksudnya, peranan seorang pendidik dalam mendidik seorang
manusia, dengan menggunakan berbagai macam metode pendidikan tidak lebih dari
hanya menyediakan semua fasilitas dan persyaratan yang diperlukan, supaya orang
itu menemukan dirinya dan mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya
sehingga menjadi kekuatan nyata.
Di sini, pelaku pendidikan sekaligus
sebagai objek pendidikan. Adapun peranan pendidik tidak lebih dari hanya
menyiapkan lahan dan menyediakan berbagai fasilitas dan persyaratan yang
diperlukan. Dengan demikian, di sini, pendidik yang sesungguhnya adalah orang
yang menjadi objek didik, akan tetapi kepada orang yang menyiapkan berbagai
persyaratan yang diperlukan bagi pendidikannya juga disebut sebagai pendidik.
Di dalam al-Quran pendidikan (tarbiyah)
dan penyucian (tazkiyah) dinisbahkan kepada orang yang menjadi objek
didik dan kepada orang yang menyediakan syarat-syarat yang diperlukan bagi
pendidikan seseorang.
Adapun berkenaan dengan kelompok
yang pertama Allah Swt berfirman:
"Demi matahari dan cahayanya di
pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya,
dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta
penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sungguh beruntunglah orang
yang menyucikannya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya" (QS. asy-Syams:1-10).
Pada ayat lain Allah Swt berfirman:
Pada ayat lain Allah Swt berfirman:
"Dan barangsiapa yang
menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya
sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali(mu)" (QS. Fathir:18).
Allah Swt juga berfirman:
"Sungguh beruntung orang yang
menyucikan dirinya" (QS. al-A`la:14).
Sementara berkenaan dengan kelompok
yang kedua Allah Swt berfirman:
"Sesungguhnya Allah telah
memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara
mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
al-Kitab dan al-Hikmah"
(QS. Ali Imran:164).
Allah Swt juga berfirman:
"Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kasih-sayang dan ucapkanlah, "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku
ketika aku kecil" (QS.
al-Isra:24).
Sebagaimana dapat Anda lihat,
ayat-ayat di atas menyebut Nabi, ayah dan ibu sebagai pendidik dan penyuci
jiwa.
Kata tarbîyyah sedikit sekali
digunakan dalam ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi saw, justru di sini
kata tazkîyyah (penyucian) lebih banyak digunakan. Namun, kata tazkîyyah
dan tarbîyyah mempunyai makna yang sama. Karena, kata tarbîyyah
(pendidikan) menurut bahasa berarti mengembangkan dan menumbuhkan, yang juga
merupakan arti dari kata tazkîyyah.
Raghib Isfahani menulis: "Asal
kata zakat berarti tumbuh dan berkembang, yang juga digunakan berkaitan dengan
berkembang dan sucinya diri. Terkadang tazkîyyah (tindak penyucian)
dinisbahkan kepada hamba dikarenakan dia sendiri yang mendidik dan
mengembangkan dirinya, sebagaimana firman-Nya,
'Sungguh beruntung orang yang
menyucikan dirinya.' Namun terkadang tazkîyyah dinisbahkan kepada Allah
Swt, karena pada hakikatnya Dia-lah pelaku pendidikan dan penyucian
sesungguhnya, sebagaimana firman-Nya, 'Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang
dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.' Terkadang pula tazkîyyah
dinisbahkan kepada Nabi disebabkan dia merupakan perantara sampainya
kesempurnaan kepada para hamba, sebagaimana firman-Nya, 'Sebagaimana Kami telah
mengutus kepadamu rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan menyucikanmu.' Namun terkadang pula tazkîyyah dinisbahkan
kepada ibadah, karena ia merupakan alat bagi berkembang dan sempurnanya jiwa,
sebagaimana firman-Nya, 'Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami
dan kesucian (dari dosa).' "[1]
Oleh karena itu, dalam masalah
pendidikan, manusia yang terimbas pendidikan mengalami perkembangan dan
berbagai potensi yang ada dalam dirinya berubah menjadi kekuatan nyata. Di
sini, ia menjadi pelaku langsung pendidikan. Namun, pendidikan juga dinisbahkan
kepada individu dan sesuatu yang lain.
Pendidikan dinisbahkan kepada Allah
Swt, karena Dia Pencipta kesempurnaan sesungguhnya, dan oleh karena itu Dia
disebut sebagai Rabbul `Alamin.
Pendidikan juga dinisbahkan kepada
orang-orang yang menyediakan faktor-faktor perkembangan seorang individu,
seperti orangtua dan guru, dan juga orang-orang yang bukan merupakan faktor
langsung perkembangan namun apa yang dilakukannya mempunyai andil terhadap
tumbuh dan berkembangnya berbagai potensi diri seorang individu. Terkadang,
pendidikan dan penyucian juga dinisbahkan kepada faktor-faktor perkembangan itu
sendiri, karena dia mempunyai andil terhadap pertumbuhan dan perkembangan
seorang individu.
Secara umum, pendidikan dan penyucian
dinisbahkan kepada orang-orang yang menyediakan faktor-faktor dan syarat-syarat
tumbuh berkembangnya potensi seorang individu. Dan mereka inilah yang akan
menjadi objek pembahasan kita.
Oleh karena itu, definisi pendidikan
yang paling sesuai ialah: memilih tindakan dan perkataan yang sesuai,
menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor yang diperlukan, dan membantu
seorang individu yang menjadi objek pendidikan supaya dapat dengan sempurna
mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya, dan secara perlahan-lahan
bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.
Berkenaan dengan definisi
pendidikan, kita menemukan banyak sekali definisi yang diajukan oleh para ahli,
yang mana semuanya sejalan dengan spesialisasi dan cara pandang mereka tentang
manusia dan tujuan hidup manusia. Sebagian besar dari definisi-definisi
tersebut hanya menyentuh sebagian dimensi manusia, tidak mencakup dan tidak
sempurna. Saya pikir definisi yang telah saya sebutkan di atas adalah definisi
terbaik, dan kita tidak perlu lagi menyebutkan dan mempelajari
definisi-definisi lainnya.
Jean Soto menulis, "Pendidikan
dan pengajaran adalah pembuka wujud diri. Manusia yang sudah terdidik adalah
manusia yang dengan akalnya mampu mengendalikan berbagai daya dan tabiat hewaninya
dan membimbingnya ke arah kesempurnaannya… Oleh karena itu, mendidik adalah
membantu anak untuk dapat menjadi pribadi yang bebas dan disiplin."
Definisi Pengajaran
Berkenaan dengan pengajaran, juga
terdapat banyak definisi, namun definisi terbaik adalah mentransformasi ilmu
kepada pelajar. Definisi ini tidak lepas dari kekurangan. Supaya jelas yang
dimaksud kita perlu memperhatikan praktik belajar mengajar.
Seorang guru atau pengajar
menyampaikan ucapan dan kata-kata kepada pelajar. Kemudian, kata-kata ini di
dengar melalui telinga sehingga meninggalkan pengaruh spesifik bagi syaraf dan
otak pelajar. Dan oleh karena pelajar mengetahui makna dari kata-kata yang
disampaikan pengajar maka makna itu pun masuk ke dalam benaknya. Dengan begitu
ia memahami maksud dan arti yang disampaikan, atau dengan kata lain ia telah
menjadi berpengetahuan.
Di sini, yang menjadi berpengetahuan
dan mengubah potensi kemampuan tahunya menjadi pengetahuan yang riil serta
menyampaikan dirinya kepada kesempurnaan adalah pelajar itu sendiri. Adapun
pengajar dia tidak memindahkan ilmu yang ada di benaknya ke benak pelajar,
peranannya tidak lebih dari berbicara dan menyampaikan kata-kata. Atau dengan
kata lain, dengan berbicara dan menyampaikan kata-kata, pengajar telah
menyiapkan lahan supaya pelajar paham dan mengerti, sementara pelajar sendiri
itulah yang mengubah potensi belajar yang ada dalam dirinya menjadi kemampuan
riil sehingga ia menjadi berpengetahuan.
Oleh karena itu, kita dapat
mendefinisikan pengajaran sebagai berikut: Berbicara dan menyampaikan kata-kata
yang mempunyai arti sehingga pelajar mengerti arti kata-kata tersebut, dengan
begitu dia dapat mengubah potensi kemampuan belajar dirinya menjadi kemampuan
riil dan menjadi tahu.
Di sini tampak jelas bahwa
pengajaran juga merupakan satu bentuk dari pendidikan. Perlu juga saya sebutkan
di sini bahwa pengajar hakiki adalah Allah Swt, karena Dia-lah Pemberi wujud
dan yang menganugerahkan berbagai kesempurnaan kepada makhluk. Ilmu juga
termasuk kesempurnaan. Manusia mempunyai potensi mempelajari berbagai ilmu, dan
manakala syarat-syarat yang diperlukan tersedia maka Allah Swt melimpahkan ilmu
kepadanya.
Di dalam al-Quran, terkadang
pengajaran dinisbahkan kepada Allah Swt: "Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya" (QS. al-`Alaq:1-5).
Pada ayat yang lain Allah Swt
berfirman: "Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah telah mengajarkannya" (QS. al-Baqarah:282).\
Selanjutnya Allah Swt berfirman: "Dan
bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu" (QS. al-Baqarah:282).
Imam Muhammad Baqir as telah
berkata: "Mengetahui tidak wajib bagi manusia sehingga Allah menjadi
pengajar mereka, dan manakala Allah mengajar mereka, maka mereka wajib
mengetahui."
Imam Ja`far Shadiq as berkata: "Ilmu
itu diperoleh bukan dengan belajar, melainkan ia adalah cahaya yang Allah
limpahkan ke hati orang yang hendak diberi-Nya petunjuk."
Rasulullah saw telah bersabda: "Barangsiapa
yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah pahamkan ia dalam agama."
Dari ayat-ayat dan hadis-hadis di
atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa ilmu adalah cahaya yang Allah Swt
limpahkan dengan syarat-syarat tertentu kepada jiwa-jiwa yang siap. Oleh karena
itu, pengajar hakiki adalah Allah Swt, yang melimpahkan kesempurnaan ilmu
kepada jiwa-jiwa yang siap, meski begitu sebutan guru atau pengajar dialamatkan
juga kepada orang-orang yang dengan perkataannya menjadikan jiwa-jiwa siap
menangkap karunia dan limpahan Ilahi.
Mereka yang senang menuntut ilmu
harus bersungguh-sungguh di jalan ini, yaitu dengan belajar, membaca, bertanya,
berdiskusi dan berpikir. Sehingga pada saat mereka telah siap maka Allah akan
limpahkan kesempurnaan ilmu kepada jiwa mereka, dan dengan begitu mereka telah
memperoleh kesempurnaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar